Selasa, 14 Mei 2013

KIDUNG AGUNG


Kidung Agung

       I.            Pendahuluan
Perjanjian Lama terdiri dari beberapa bagian kitab, yaitu kitab torah, kitab para nabi, dan juga kitab sastra. Kidung Agung dimasukkan ke dalam kelompok kitab sastra, dimana dalam kitab sastra, banyak terdapat puji-pujian berupa nyanyian dan puisi. Kita sering mendengar pendapat yang menyimpang mengenai kitab ini. Seringkali Kitab ini dianggap tidak pantas untuk diangkat sebagai kitab suci oleh karena gaya bahasanya yang cenderung  erotik. Namun dalam sajian ini kami akan mengupas kitab Kidung Agung mulai dari pengertian, latar belakang, struktur, hingga tujuan kitab ini yang sebenarnya. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.
    II.            Pembahasan
2.2. Latar Belakang Kitab
Nama Kitab ini diambil dari ayat pertama, “Kidung agung dari Salomo”. Kitab ini adalah yang pertama dari lima gulungan (megillot) dalam kanon Ibrani yang digunakan dalam perayaan-perayaan; biasanya ditentukan untuk dibaca pada perayaan Paskah.[1] Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut ‘song of songs’ yang artinya nyanyian dari nyanyian, dan dalam bahasa Ibrani (Syir Hasysirim 1:1) ialah superlatif, yang mengartikan nyanyian yang paling baik.[2] Karena sukar sekali ditemukan tulisan yang setaraf dengannya tentang cinta manusia. Kidung ini sangat indah dan mengesankan sekali dan memuat gambaran-gambaran yang diambil secara halus dari padang dan taman.[3]
Kidung Agung dikategorikan dalam Kitab Hikmat, sebab ciri-ciri sastra hikmat pada umumnya juga ada dalam Kidung Agung, misalnya bersifat universal dan langsung  berhubungan dengan pengalaman hidup manusia dan tidak berorientasi pada sejarah.[4]
Kemungkinan besar syair cinta tersebut mencerminkan kejadian-kejadian nyata yang berhubungan dengan pemerintahan Salomo, mungkin kejadian-kejadian yang diringkaskan oleh para sejarawan perjanjian lama dalam 1 Raj. 3-11 dan II Taw. 1-9. Keberadaan Salomo yan dikuasai oleh sensualitas-suatu sifat yang dimiliki oleh Daud, ayahnya, dan ditunjukkan dalam kemewahan yang berlebih-lebihan selama pemerintahannya sebagai raja dan besarnya harem-raja ternyata mengkibatkan kehancuranya (bdg. 1 Raj.4:20-28;10:14-29;11:1-3). Ironisnya,orang bijaksana menasehati kaum muda untuk menjauhi tipu muslihat perempuan”jalang’’ justru terjebak sendiri olehnya (Ams 5:1-23;7:1-7; bdg. 1 Raj 11:413).
2.2. Penulisan dan Waktu penulisan
Menurut tradisi,  Kidung Agung ditulis oleh Salomo, berdasarkan fakta bahwa nama Raja Salomo disebut sebanyak 6 kali(Kid. 1:5, 3:7,9,8:11), terutama ayat yang sekaligus adalah Judulnya (1:1) terdapat kata “Lisylomo’’, yang berarti “Bagi Salomo’’.[5] ini dapat menimbulkan dua makna, yang pertama bahwa kidung ini ditulis oleh Salomo, dan yang kedua bahwa kidung ini tentang Salomo.[6] Tetapi ada pula pendapat yang mengemukakan bahwa penulis kidung Agung adalah Hizkia berdasarkan Amsal 25:1.[7] Menurut pendapat Schonfild, kitab ini ditulis pada masa persia atau lebih tepat antara masa Nehemia pada Tahun 350 SM.[8]
Namun kami lebih condong pada pernyataan bahwa Salomo lah yang menulis puisi-puisi ini, sebab banyak sumber yang mengatakan demikian, serta kidung ini sangat mengena pada kehidupan Salomo.

2.3. Struktur Kitab
Pasal  1:1                     è Judul dan alamat.
Lingkaran 1. 1:2-2:7    è Sakit rindu.
Lingkaran 2. 2:8-3:5    è Musim bunga dan menyiram.
Lingkaran 3. 3:6-5:1    èPerkawinan raja dan ratu.
Lingkaran 4. 5:2-6:3    èHilang dan ditemukan kembali.
Lingkaran 5. 6:4-8:4    èKerinduan yang berkobar-kobar.
Lingkaran 6.8:5-14      èKenyamanan cinta.
2.4. Tujuan Kitab
Kidung ini terdiri atas sejumlah sajak cinta kasih antara laki-laki dan perempuan menggunakan Tamsil yang mengagumkan dan menghanyutkan. Yudaisme dan kekristenan memandang kata-kata erotis dari Kidung Agung ini sebagai alegoris: kata-katanya untuk mengungkapkan kasih Allah atas umatNya (Isarel atau Gereja)[9]
Sifat dasar kitab ini yaitu puisi dengan hal cinta kasih sebagai tema pokoknya. [10] Tujuan dari kitab ini adalah: pertama, untuk menghargai pernikahan dan kasih setia didalam keluarga. Kedua,untuk mewakili kasih Allah bagi israel.[11] Kidung Agung merupakan suatu pelajaran, suatu perumpamaan(masyal) luas yang menggambarkan keajaiban dan kekayaan cinta manusia yang merupakan pemberian kasih Allah. Kitab ini tidak hanya berbicara mengenai kemurnian cinta manusia, tetapi dengan masuknya kitab ini dalam kanon Alkitab, kitab ini mengingatkan kita akan cinta yang lebih murni dari pada cinta manusia.[12]
Melalui proses yang cukup lama setelah Gereja Kristen dan Agama Yahudi mengakui kanonitas kitab ini barulah pada sinode yamnia pada tahun 100, kitab ini dimasukkan ke dalam kanon. Dari tujuan kitab ini yang diinterprestasikan secara allegoris maka kitab Agung diterima sebagai sebuah kitab nyanyian Rohani yang memuji kasih YHWH terhadap bangsanya.
Selain dari rujukan-rujukan yang diberi arti kepada Raja Salomo (1:1,5; 3:7,9,11;8:11-12), kesejajaran dan kiasan  sejarah yang jelas tidak dijumpai dalam kidung agung. Selain menyebutkan pemerintahan Salomo secara umum (sekitar tahun 970-930 SM), tidak ada yang dapat dikemukakan tentang latar belakang sejarah kitab ini. Kemungkinan besar syair cinta tersebut mencerminkan kejadian-kejadian nyata yang berhubungan pemerintahan Salomo, mungkin kejadian-kejadian yang diringkas oleh para sejarahwan Perjanjian Lama dalam I Raj.3-11 dan II Taw.1-9.
Keberadaan Salomo yang dikuasai oleh sensualitas adalah suatu sifat yang dimiliki oleh Daud, ayahnya, dan ditunjukkan dalam kemewahan yang berlebihan selama pemerintahanya sebagai raja dan besarnya harem raja ternyata mengakibatkan kehancuran(bnd.I Raj. 4:20-28;10:14-29;11:1-3).[13]
2.5. Tema teologis
Adapun tema-tema Teologis dari Kitab Kidung Agung ini ialah:
·         Melalui gambaran-gambaran yang terdapat dalam kitab ini tentang tubuh perempuan dan laki-laki, tercerminlah ajaran Alkitab tentang hal penciptaan, yaitu bahwa segala yang diciptakan Tuhan adalah amat baik.[14]
·         Kidung Agung ini menegaskan kebaikan dan kebenaran cinta jasmani di dalam perkawinan yang ditetapkan Allah.
·         Sebagian besar isi sajak-sajak dari kitab Kidung Agung ialah berupa nyanyian bersahut-sahutan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, ini dinyatakan sebagai lambang hubungan antara Kristus dan jemaat.[15]
2.6.  Nats yang Menarik
Adapun nats yang menarik menurut penyaji dikutip dari Kidung Agung 5:6-7, dimana sang mempelai wanita yang sangat merindukan mempelai laki-laki, karena ketika mempelai wanita membukakan pintu, ternyata mempelai laki-laki sudah pergi. Begitu tersiksanya sang mempelai wanita oleh kerinduan yang mendalam sebab ditinggal pergi oleh mempelai laki-lakinya. Kami mengangkat nats ini sebagai nats yang menarik karena kami beranggapan bahwa ini merupakan ungkapan kerinduan yang sangat dalam kepada Tuhan. Dan kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan di sisi kita.


2.7.  Refleksi Theologis
Adapun refleksi Theologis yang dapat diambil dari kitab Kidung Agung ini adalah bagaimana besarnya cinta dan kasih setia Tuhan kepada kita, sehingga ia memberikan segala keindahan dalam hidup kita dan juga dalam diri kita. Oleh sebab itu, kita harus menyadari siapa kita. Bila kita menyadari bahwa kita adalah orang yang sangat dikasihi Tuhan, maka kita harus meresponinya dengan kesetiaan yang hanya kepadanya.

 III.            Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, kami para penyaji menyimpulkan bahwa Kitab Kidung Agung ini adalah kitab pertama dari gulungan megillot, yang mana Kidung Agung dibacakan pada saat perayaan Paskah. Kitab ini ditulis oleh Salomo, dan berupa kidung puji-pujian atau berupa nyanyian cinta antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Bahasa yang digunakan bersifat erotis, namun bagi tradisi Yahudi, kitab ini menggambarkan ungkapan kasih Allah yang luar biasa kepada manusia sebagai umatNya.
 IV.            Daftar Pustaka
........, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992
Baker, David L., Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2008
Browning, W.R.F., Kamus Alkiab, Jakarta: BPK-GM, 2011
Green,Denis, Pembimbing pada pengenalan Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Guthrie, Donald, dkk., Tafsiran Alkitab Masa kini, Jakarta: YKBK/OMF, 2001
Hill, Andrew E. dan john H. Walton, Survey PL, Malang: Gandum Mas,2008
Lasor, W.S , dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK-GM, 2007, 166
Ludji,Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, Bandung: Badan Media Indonesia, 2009
Tarigan, Iwan s., Diktat Kidung Agung




[1] W.S Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 166
[2] ........, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992), 559
[3] Donald Guthrie dkk,Tafsiran Alkitab Masa kini,(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2001), 350
[4] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Badan Media Indonesia, 2009), 174
[5] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, 168
[6] Donald Guthrie dkk,Tafsiran Alkitab Masa kini ,350
[7] ......., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 1, 559
[8] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, 168
[9] W.R.F. Browning, Kamus Alkiab, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 203
[10] Denis Green, Pembimbng pada pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 144
[11] Iwan s. Tarigan, Diktat Kidung Agung, 240
[12] W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, 177
[13] Andrew E. Hill dan john H. Walton, Survey PL, (Malang: Gandum Mas,2008),491
[14] Denis Green, Pembimbinh Pada Pengenalan Perjanjian Lama, 144
[15] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, 86